Kotbah 2012, 10 sep - parenting seminar : conflict resolution
Tunjukkan pada anak kita bahwa kita betul bermaksud apa yang kita katakan. Kita harus survive terhadap tendangan tendangan dr anak kita di dalam mobil, dan tetap konsisten meskipun dia teriak "itu tidak adil". Ingat, ajaran ini akan membekas seumur hidupnya!
Dr robbi sondereger
Apa yang kita bicarakan malam ini tidak hanya berguna di area parenting / keluarga saja, tp berguna untuk para bisnis owner. Karena akan banyak diajarkan bgm mengenai transfer knowledge
Biasanya pria hanya bs konsentrasi pada satu hal tertentu, sedangkan wanita bs konsentrasi dalam bbrp hal. Biasanya ketika pria sedang fokus pada suatu hal tertentu, dan ditanyakan suatu hal yg tdk membutuhkan perhatian, maka akan keluar automatic response. Kalau hal itu membutuhkan pemikiran, maka dia akan berhenti mengerjakan sesuatu yg dia sedang fokus kerjakan
Pada saat membesarkan anak, kita mencoba sesuatu yg bs menolong kita. Misalnya : kita suru anak kita angkat kaos kakimu. Kemudian dia tdk bergerak. Lalu ketika suara kita makin keras dan dia tdk jg bergerak. Kita akan mulai membentak dia. Ketika dia bergerak ambil kaos kakinya. Maka kita akan terus menerapkan formula / trick itu ketika anak itu tdk mau nurut sama kita.
Tapi formula / trick itu hanya akan berlaku pada musim / masa tertentu. Kita akan bicarakan mengenai sikap yg bisa mempengaruhi perilaku anak kita dalam jangka waktu yg panjang.
Sama halnya seperti kita membersihkan salju di depan rumah kita, sehingga mobil kita bisa lewat. Tp malam itu pasti akan turun salju lagi, sehingga kita besok perlu menyekop lagi. Nah, yg kita perlukan adalah metodologi untuk mengubah musim atau hal hal yg bs kita lakukan sehingga kita tdk perlu menyekop salju depan rumah kita itu setiap hari
Ketika dr robbi mengunjungi seorang afrika, anak anak mereka ketika disuruh ambil air utk dr robbi akan sangat senang. Begitu juga ketika ada anak lain yg disuruh ambil tea utk dr robbi. Dia berteriak "aku juga, mendapatkan kehormatan untuk melayani" kemudian dr robbi bertanya kepada org afrika ini apa tipsnya anak anak ini mau disuruh tnp mereka membantah?
Anak anak mu menghormati kita sbg orang tua, itu adalah hukum yg plg utama. Kalau istri menghormati suami, anak anak akan menghormati suami. Kalau suami menghormati istri, anak anak akan menghormati istri. Kalau suami menghormati leluhur, anak anak akan menghormati leluhur juga. Di Afrika, mereka sangat menghormati leluhur mereka. Seluruh masyarakat akan duduk di kaki orang yg lebih tua dan memohon utk diberikan hikmat. Karena mereka memiliki seluruh pengalaman hidup yg bisa diberikan kepada mereka.
Kita hidup di jaman dimana kita merayakan masa muda kita. Dan karena berkembangnya kelas menengah dan teknologi, orang tua tidak lagi dipandang dan dianggap sebagai sesuatu yg kuno. Dan kita kelewatan suatu prinsip yg plg penting dalam parenting.
Pdhl agama kontinental di afrika adalah sepakbola. Kalau kita perhatikan sepakbola kita bisa mengelola keluarga kita. Kita sbg orang tua berperan sebagai wasit. Kalau kita perhatikan wasit :
1. Selalu ada 2 wasit yg bekerja dalam waktu yang sama.
Dalam jaman modern ini tidak selalu orang tua hadir di waktu yg bersamaan.
2. 2 wasit yg bekerja sama ini selalu mendukung 100%
Wasit yg pertama selalu ikut lari sana sini bersama pemain yg lain, sedangkan yang lain hanya berlarian di garis out. Walaupun wasit kedua tdk setuju dengan keputusan wasit pertama, namun keputusan wasit pertama yang selalu dipertahankan. Karena wasit pertama lah yg meniup peliut. Kalau kedua wasit bertengkar, maka pemain akan kehilangan respek thdp kedua wasit tersebut.
bukan berarti kedua orang tua tdk pernah mengalami perbedaan pendapat. Tapi perbedaan pendapat itu dibereskan di dalam pintu yg tdk bisa dilihat dan didengar oleh anak anak. kalau mereka tdk bs memutuskan saat itu juga, mereka akan cari pendapat dr pihak ketiga yg independent.
Hal pertama yang anak suka lakukan adlh mengadu papa dan mama. Sebagai orang tua harus bersatu 100%
3. Seorang wasit tidak pernah berubah pikiran sejak keputusan dibuat. Misalnya dia buat keputusan out dan peluit ditiup, dia tidak akan merubah keputusannya karena pendapat dr salah seorang pemain.
Konsistensi merupakan suatu kata yg plg banyak dipakai di abad 21. Konsistensi begitu penting karena tidak konsisten lebih dasyat dampaknya!
Kalau kita ubah pikiran dan keputusan kita, kita ajarkan anak kita sesuatu yg sangat penting : "saya gatau mama bakal menyerah atau enggak, tp saya akan berusaha sekerasnya"
Tapi akan berbeda kalau kita konsistensi, berarti kita mengajarkan tidak means tidak.
4. Wasit tidak akan pernah naik pitam / ngamuk di lapangan. Tidak akan pernah lihat wasit teriakin pemain. Kalau seandainya seorang wasit teriakin pemain, itu akan menjadi tugasnya yg terakhir dalam permainan.
Sebagai wasit, kita perlu menetapkan aturan dan konsekuensinya dengan jelas sebelum aturan dimulai
Itu sebabnya wasit diberikan peluit utk dibunyikan, peluit sebenarnya digunakan untuk membungkam si wasit.
Kita tdk perlu teriakin anak anak kita. Kita tdk perlu jelasin ke anak anak kita bahwa mereka salah. Tapi yg perlu kita lakukan adalah menerapkan peraturan dan konsekuensi sblm permainan dimulai, sehingga ketika dia berbuat kesalahan kita bs menerapkan hukuman yg sesuai dengan tindakan / pelanggarannya. Kalau kita karang konsekuensi nya stlh kejadian baru terjadi, pemain akan kehilangan motivasinya. Padahal tujuan kita bermain adalah mempertahankan motivasi para pemain tersebut utk ttp bermain. Sehingga mereka ttp termotivasi bermain dgn cara yang benar.
Makanya kita harus membuat prinsip yg berlaku universal. Berlaku utk semua budaya, semua kelompok usia, berlaku utk segala masa.
Prinsip:
1. Rules before relationship results in rebellion. Mendahulukan aturan melebihi hubungan yg terbina akan mengakibatkan pemberontakan.
Kalau kita cuma dahulukan aturan, maka kita hanya akan menciptakan anak anak yg memberontak. Itu yg seringkali terjadi org org di posisi tertinggi, pingin anak anak kita menggambarkan kita.
Itu kalau scr jangka pjg dilakukan, hanya akan membentuk pemberontakan.
2. Relationship before rules results in respect. Dahulukan hubungan sblm aturan maka kita akan dapatkan penghormatan / respek.
Yg kita ingin bangun adalah respek bukan pemberontakan. Hal terakhir yg Yesus ingin lakukan datang ke dunia ini adalah membangun agama yg penuh dgn aturan, pdhl Yesus ingin membangun hubungan.
Kalau kita mengerti tugas kita sama, kita ingin mendapatkan hati anak anak kita, membangun hubungan dengan mereka.
Kita bs buat setiap anak utk lakukan apa saja yang ingin kita lakukan
1. Kalau mereka takut sama kita -> hanya bs bertahan sebentar saja. Karena ketika kita tinggalin ruangan dia gak akan lakukan itu lagi
2. Kalau mereka jatuh cinta sama kita
Bukan berarti kita harus jadi sahabat / teman kita, tapi kita harus jadi orang tua mereka. Posisi / menempatkan aturan yg berlaku, yaitu ditempatkan stlh hubungan.
Salah satu cara terbaik utk memulai ini adalah utk bertanya apakah goal dr keluarga ini?
Goal setiap anak berbeda, tp selama masih ada goalnya itu berarti masih dalam jalur yg benar. Kita bs mengubah goal yg kita inginkan, setelah kita mencapai goal sebelumnya.
Parenting is not a democracy, parenting is absolutely a dictatorship. Kita sbg orang tua kita lah yang buat keputusan.
Kalau mau menerapkan aturan, coba tinjau dr sisi positif atau sisi negatif. Dan juga dr sisi konsekuensinya, baik itu konsekuensi positif maupun konsekuensi negatif. Ini bukan mengenai reward / punishment, tp lebih ke konsekuensi logis. Misalnya kalau kita menjatuhkan pen, maka pen tersebut terjatuh. Dan bukan berarti pen itu bermasalah
Sama dalam hal sepakbola, kalau bola keluar dr lapangan bukan berarti bola nya bermasalah dan pemain yg menendang juga tidak mengalami masalah, tp konsekuensinya adalah free throw bagi pemain lawan. Tapi akan berbeda konsekuensi nya kalau pemain melakukan pelanggaran serius seperti menendang pemain lawan dgn sengaja, dia akan mendapatkan konsekuensi misalnya kartu kuning.
Jgn pernah punya daftar aturan yg terlalu banyak, buatlah 2 atau 3 aturan. Ketika itu bs ditaati, buatlah 2 atau 3 aturan yang baru.
Misalnya : kita beliin minum utk sally dan sally berterima kasih, lalu kita beliin minum jhonny namun jhonny malahan complain dan bilang aku mau minumannya sally. Ingat!!!!! Kita tdk boleh menetapkan konsekuensi / aturan pada saat itu juga. Kita pengennya dia berterima kasih atas pemberian yg sudah diberikan dan bukan complain. Maka kita harus catat, utk buat aturan itu next.
Kalau ingin anak kita berhasil, maka perlu yg namanya waktu latihan. Misalnya 1 x seminggu, jumat malam, dimana sekeluarga berkumpul bersama. Ini waktu yg tepat utk memperkenalkan aturan baru. Inilah saat yg tepat utk bertanya kepada jhonny, kalau misalnya papa kasih minuman ke jhonny dan jhonny bilang terimakasih, apa konsekuensinya? Jhonny boleh mendapatkan minumannya! Tapi apa akibatnya kalau sally dikasih minum tapi dia ga bilang terima kasih? Dia ga boleh dapatkan minuman itu!
Next time, kalau jhonny dikasih dimsum tdk mengucapkan terima kasih. Malah mengucapkan saucenya mana? Maka kita harus menarik dim sum itu. Tapiiii kalau dia bilang terima kasih, kita tdk boleh merubah pikiran kita utk memberikan dim sum itu. Karena aturannya adalah kalau tdk terima kasih, tdk akan dapatkan. Bukan "tidak dapatkan sampai bilang terima kasih"
Kalau mau ajarin anak sekali aja, make it count!!!!
Apa yg kita ajarkan ini bukanlah punishment dan reward, tapi lebih ke arah konsekuensi logis thdp hal hal yg mereka tidak lakukan.
Encourage anak kita utk membuat aturan. Tanyakanlah kepada mereka pertanyaan yang positive dulu.
Misalnya : sally suka naruh handuknya di lantai stelah mandi. Tanyakan pada dia apa yang akan terjadi pada handuk itu ketika dia digantung? Sally akan jawab jadi kering. Tapi apa yg terjadi ketika handuk itu tdk digantung? Mungkin sally akan menjawab orang lain akan menggantungnya. Kita akan jawab "nggak sally, bagaimana kalau handuk itu tdk pernah tergantung?" sally akan jawab "handuk itu gak akan pernah kering"
Lalu jelaskan kepada sally, ketika kita temukan handuk itu di lantai, taruhlah handuk itu di atas baskom. Tentunya dgn tidak menjelaskan bahwa baskom itu sdh diberikan air. Sehingga ketika handuk itu ditempatkan di lantai, sally harus mengeringkan badan dgn satu satunya handuk yg basah di baskom itu. And thats totally gross!
Wasit akan mengangkat kartu kuning, pemain akan mengerti artinya dia dikeluarkan dr lapangan permainan. Mungkin jangka waktu tertentu, sblm dia boleh bermain lagi. Cari tempat terentu dalam rumah kita yg tdk nyaman. Saat orang tua angkat kartu kuning, hukumannya adalah tinggal di tempat tidak nyaman itu selama 1 menit kali umur mereka. Kalau umurnya 7 tahun berarti 7 menit.
Kalau keduanya sama sama berantem, satunya 7 thn satunya 9 thn. Maka keduanya tinggal di tempat yg berbeda selama waktu yg berbeda. Yg 7 thn boleh mendapatkan tempat kembali dalam permainan, dgn memberitahukan kepada kita pelajaran apa yang kita dapatkan. Apa yang kita inginkan anak kita belajar adalah tujuan kita sebagai sebuah keluarga.
Anak anak belajar paling baik pada saat mereka yang mengajarnya. Kita bs jelaskan sampai muka kita biru "jangan pukul kakakmu" namun mereka tidak pernah akan belajar. kita harus minta anak itu jelaskan kenapa dilarang memukul kakakmu.
Kalau anak gak nurut sama kartu kuning, maka kita akan keluarkan kartu merah. Yang bisa saja hukuman dilipatkan gandakan, atau kita pukul anak. Bagaimana otak seorang anak 3-6 tahun beda dgn 7-8 tahun dan 9-10 tahun. Kalau anak umur 3-6 tahun, mereka berpikir dgn cara yang sangat konkrit. Mereka sangat banyak dipengaruhi oleh sensori mereka. Saat mereka pertama mencicipi es krim, dan mereka suka, mereka akan minta lagi. Apa yang suka dan mereka suka dipengaruhi oleh sensori mereka.
Pada saat memberikan rasa sakit yg dikenali, anak akan belajar dgn sangat cepat. Tapi ingat, orang tua yg kehilangan kendali atas emosi mereka. Mereka kehilangan hak mereka utk mendidik anak mereka.
Ketika umur 7-8 tahun, pukulan tidak baik buat mereka. Anak yg tdnya berpikir konkrit jadi abstrak. Anak mulai bisa berpikir secara logika lebih lagi. Mengerti bagaimana memproses informasi secara lebih
Banyak orang tua kristen berpikir, kalau tidak pakai rotan tidak bisa mendidik. Padahal itu adalah justifikasi yg lemah, sama halnya di perjanjian lama kalau berzinah dirajam itu sudah tidak relevan diterapkan di jaman sekarang. Kalau berdosa hukumannya adalah maut.
Konsep utk menempatkan mereka selama 6 menit adalah untuk mendisiplinkan mereka. Ini adalah utk mendisiplinkan diri mereka sendiri. Kalau ada suara / teriakan, maka waktunya akan mulai dari nol lagi. Ini bukan penganiayaan anak, karena kita tdk memaksaan anak mereka utk diam disana. Mereka boleh keluar kapan saja, kalau mereka diam selama 6 menit. Panjang waktunya sebenarnya gak penting, tapi lebih ke mengajarkan disiplin diri mereka sendiri.
Kita mau mendorong perilaku positif juga, angkat kartu hijau ketika anak kita ditemukan melakukan sesuatu yg baik! Konsekuensi intrinsik dan ekstrinsik. Ekstrinsik adalah tangible, sesuatu yg bs dimakan, dimainkan. Berbentuk benda. Sedangkan intrinsik adalah sesuatu yg bisa dirasakan dalam diri kita.
Misalnya pas angkat kita kartu hijau, mereka dapatkan 2 menit. Total waktu yg mereka dapatkan selama satu hari misalnya 10 menit. Dalam keluarga dr robbi kalau dapat 10 menit, mereka harus berikan perpuluhan. Berikan 10% utk berbuat baik, misalnya telpon oma. 50% sisanya buat nabung di masa depan, misalnya utk ke kebun binatang bersama. Sedangkan 50% sisanya ditulis di belakang kartu hijau, dimana kita jadi milik mereka sepenuhnya. Misalnya : main tendang bola bersama di kebun belakang
Didik anak kita supaya tdk meninggalkan kebenaran firman Tuhan ketika mereka tumbuh dewasa. Ingat lah prinsip sepak bola ketika mendidik anak mereka, misalnya ketika kita mengeluarkan kartu kuning. Apa yang harus kita katakan? Jgn bilang apa2, karena mereka harus jelaskan kelakukan mereka dan konsekuensi atas perbuatan mereka sendiri!!!!
Alkitab katakan, baik untuk kita saling menguatkan. Berikan pujian kepada anak anak ketika mereka melakukan hal yang baik. Jangan keras kepada anakmu dan hancurkan spirit mereka. Hidup dan mati ada di lidah kita.
No comments:
Post a Comment