Parenting seminar 31 mar 2016
Ps. Jeffrey rachmat
Upperroom
Pendidikan adalah tanggung jawab orang tua dulu, sblm jadi tanggung jawab orang lain. Kebanyakan orang tua merasa, kalau orang uda bayar jadinya tanggung jawab berpindah.
Banyak orang tua menuntut guru dari jpcc kids untuk mengenalkan Tuhan ke kehidupan anak anak mereka, padahal guru itu waktunya hanya 52x pertemuan. Orang tua waktunya lebih banyak. Pertemuan antara anak dan orang tua sebaiknya orang tua hadir supaya tau perkembangan anak kita.
Tekanan sosial di jaman sekarang memberikan pressure tambahan buat kita semua, secara tidak lgsg tinggal di kota besar dengan adanya social media kita terexpose dengan apa yang anak orang bs lakukan sehingga ada kompetisi. Banyak orang tua jadinya terjebak pada hal yang sebnernya tidak diperlukan
Jebakan ini menggiring orang tua utk mell hal yg tidak perlu sehingga mengganggu stabilitas ekonomi dan rumah tangga mereka. Mana yg lebih menguntungkan dengan sang istri bekerja atau tidak bekerja? Kebanyakan hasilnya lebih menguntungkan kalau istri tidak bekerja drpd istri bekerja. Kita bukan melihat dari sekedar pendidikan, tapi harus dilihat dr segi sosial, dsb. Seorang ibu kalau kerja dapat gaji tapi secara bersamaan pengeluaran juga jadi lebih besar. Belum lagi bayar baby sitter dsb.
Segala sesuatu ada waktunya, segala sesuatu indah pada waktunya. Ada waktu untuk bermain, ada waktu untuk belajar, ada waktu untuk bersosialisasi. Waktu tersebut harus kita kenali. Kalau belum waktunya kita paksa masuk kesitu, maka tidak akan jadi indah.
Jangan sekolahkan anak sebelum waktunya. Kepengen anak cepat sekolah sehingga harus menanggung akibatnya. Anak umur 16 jadinya malas banget disuru sekolah. Sekali kali jangan disuru sekolah kalau belum waktunya dia sekolah.
Ada orang tua yang anter anaknya ke sekolah setiap hari, ternyata sudah sebulan ga pernah masuk sekolah. Anaknya umur 17. Anaknya diperkenalkan sekolah sedari umur 2 tahun. Berpikirlah panjang sebagai orang tua, ada waktu, ada musim. Pilihan di sekitar kita ini banyaknya minta ampun. Anak masih kecil latihan senam, latihan motorik dilatih dll. Banyak anak yg tidak punya waktu karena kegiatannya dipadati utk les ini les itu.
Anak kecil yang belum umurnya sekolah sama susternya, hampir setiap hari didengar kalau mereka tu gamau sekolah. Ga bisa berbuat apa apa, karena bukan orang tuanya. Baby sitter punya perintah utk bawa anak ke sekolah. Anak ga kepengen sekolah karena masih ngantuk dsb. Dengan itu semua jadi kepikiran bagaimana menolong orang utk memberikan pendidikan, dan inilah saatnya / waktunya.
Lukas kailimang
Jebolan jpcc youth
Passionate about child development and education
S1 psikologi universitas indonesia
S2 educational psychology connecticut USA
S2 international education policy harvard
Wise parenting : when schooling hurts
Hikmat tidak sama dengan knowledge, hikmat adalah bagaimana kita menerapkan knowledge
Introduction
Psikologi pendidikan
Child development research
Marriage and family therapy
Antropologi
Education policy
Education strategy, management, and policy consultant
Academic, career, socio emotional counseling
Tidak ada background dalam sisi medis, jadi tidak bicara soal nutrisi.
Guiding question
Is schooling always good?
When does schooling hurt our children?
Sekolah itu merusak tidak baik utk anak, apabila 3 konsep dilanggar
1. Developmental perspective
Cara pandang kita melihat perkembangan. Building block dari psikologi perkembangan. Anak bertumbuh kembang dalam tahap.
Perkembangan terjadi dalam tahapan / stages / phases.
Anak tidak akan sama 3 bulan dari sekarang, 5 tahun dari sekarang. Ada perubahan yang signifikan dan tidak signifikan.
Life is not always the same (buat anak kita).
Perkembangan juga bisa bersifat kumulatif. Sifatnya seperti snowball. Kata kunci utk memahami developmental perspective, intervensi kita harusnya sesuai dengan tingkat perkembangan kita. Apa yg kita lakukan harus developmentally appropriate. Apa yg diajarkan di setiap kelas sekolah minggu berbeda.
Dalam perkembangan seorang anak ada yang namanya critical time.
Misalnya tinggi seorang anak waktu lahir lets say 50 cm, pelan pelan naik. Buat perempuan yang usia 15 akan kemudian rata karena pertumbuhannya berhenti. Buat anak laki laki akan terus tumbuh sampai umur 18 atau 21. Pertumbuhannya tidak secepat perempuan tapi lebih panjang timelinenya. Semuanya tidak sama inilah yang dimaksud developmental perspective.
Contoh lain perkembangan kapasitas fisik manusia, kalau gunakan fisik secara optimal. Anak tumbuh besar motorik semakin bertumbuh pada umur 20 biasanya orang akan ada di umur prime. Tapi pada saat dia masuk usia 30 akan mulai turun secara metabolisme akan turun grafiknya.
Makanya kalau kita mengerti developmental perspective kalau mau jadi atlit profesional usianya di 20-30. Critical phase nya adalah di usia 30 setelah itu udah otomatis akan menurun, tidak bisa dipungkiri. Developmental ini bicara soal seasons, kapan, timing.
Kalau kita paksa seorang anak misalnya umur 5 utk salto 5x kita ga wise. Secara umum ada yang namanya trajectory atau perkembangan.
Secara pikiran anak tumbuh kembang kurang lebih sama, tapi dalam 5 tahun pertama otak itu perkembangan luar biasa. Dan riset membuktikan perkembangan otak anak di usia 25 pada umumnya prefrontal cortex kita berhenti berkembang. Fungsi perkembangan otak akan berhenti pada umur 25 tersebut.
Kegagalan secara intelejensi pada saat usia muda tidak mendefinisikan for the rest of his life. Filsuf / pemikir yang ternama di dunia, biasanya menghasilkan karya terbesar di umur 30 an, itulah yang luar biasa mengenai otak. Perkembangan anak tidak harus dipaksa.
Tidak selamanya anak kita akan jadi seperti ini (kalau mereka kurang cerdas di sekolah)
Saat sebelum usia sekolah, mereka perlu belajar melalui bermain. Perkembangan otak tidak berdiri sendiri, dalam otak ada perkembangan emosional. Ada masanya anak bisa jenuh, ga punya waktu bermain, stress. Sehingga pada waktu remaja jenuh ga mau belajar lagi.
Banyak orang tua ikut sekolah early enrichment program. Kita harus adopsi perspektif perkembangan bukan perspektif market. Seringkali anak kita sekolahkan, belum tentu sekolah mengerti perkembangan anak. Jangan kita terkajang sama market, jangan karena mereka over ga harus kita beli. Hanya karena orang lain lakukan bukan berarti kita harus lakukan. Kalau lakukan make sure itu bijaksana bukan karena insecure sebagai orang tua.
Stage of cognitive development
Formal operational (12 tahun ke atas)
Concrete operational (7-12 tahun)
Pre operational (2-6 tahun)
Sensorimotor (0-2 tahun)
Waktu rata rata yang orang tua luangkan sama anak per jam per hari
Tk 12 jam, sd 6 jam, smp 4 jam, sma 2 jam
Semakin meningkatnya tingkat pendidikan mereka, semakin meningkat jam sekolah waktu yg di spend sama orang tua semakin menurun.
Waktu anak masih kecil harus banyak spend time sama anak supaya ketika mereka dewasa mereka tetap bisa relate sama kita. Apalagi ketika waktu kuliah, waktunya semakin dikit.
2. Individual uniqueness
Setiap individu itu unik, artinya
Normal development (early bloomer, late bloomer). Perkembangan setiap anak berbeda! Kurang lebih ada rangenya. Jangan takut kalau anak tetangga udah bisa jalan sedangkan anak kita belum bisa jalan. Ada yang normal, lebih cepat, dan lebih lambat. Ga ada masalah utk yang lebih cepat ataupun lebih lambat.
Kalau anak belum bisa menguasai konsep sesuai waktu yg diarahkan guru atau pendidik belum tentu benar. Insecure parenting itu tidak baik.
Schooling is mass education. Sekolah itu pukul rata.
Pendekatan umun atau massal pada perkembangan setiap individu.
Secara development anak itu daya tangkapnya luar biasa. Ada yang sudah berkembang diajarin apa aja bisa nyerap, keliatannya yang terlambat itu bego banget. Tapi gampang bisa menyusul. Jangan parenting out of ignorance.
Seringkali sekolah bilang kalau anak kurang dapat mengikuti dianggap bodoh, jadinya minder. Padahal masing masing anak berbeda.
Aplikasinya kenali individu anak anda. Jangan jadikan keunikan anak lain menjadi acuan. Find out apa yang unik!
Bahayanya suatu anekdot atau cerita tunggal. Misalnya kita melihat tiger woods lalu memaksa anak kita utk bisa seperti tiger woods. Saat membandingkan keunikan anak kita dengan anak orang lain itu jadinya bahaya. Jangan ukur perkembangan anak kita dengan anak orang lain, jangan jadikan patokan. Everybody has their own story. Kita semua unik.
Harus kenali anak kita, keluarga dan sekolah bekerja sama.
Pada saat kita bicara soal intelejensi, IQ itu ditentukan dari populasi. Normal distribution. Most people 68% jatuh di iq 85-115. Some people distributionnya berbeda. IQ juga bisa berubah, IQ pun patoannya orang lain.
3. Outsourcing education
Outsourcing - contracting ke orang lain
Outsourcing vs inhouse
Apakah outsourcing itu baik atau buruk?
Siapa penanggung jawab utama pendidikan anak kita?
A. Sekolah
B. Nanny
C. Rt rw komunitas
D. Orang tua / wali
E. Anak itu sendiri
F. Kerabat
G. Guru les / pelatih / mentor
H. All of the above
Jawabannya D
Kalaupun kita outsource tetap orang tua yang tanggung jawab.
Pertanyaannya adalah
Why kita outsource?
How much kita outsource? (Berapa banyak kita outsource)
Pilih kontraktornya dengan baik
Monitor dan Ikuti perkembangan / terlibat
Seringkali kita outsource karena gamau ketinggalan. Why nya justru sangat penting.
Jangan karena kita mau lepas tanggung jawab makanya kita outsource
Kita seringkali dengar ttg helper, yang tidak memperkerjakan kerjaannya dengan baik.
Pada saat POMG harus terlibat. Harus check and balance
Kebanyakan negara berkembang, sekolah naikkan harga tiap tahun tapi seringkali orang tua tidak tanya mutu apa yang ditingkatkan.
Dalam 1 tahun ada 8760 jam
Pembagian waktu rata rata seorang remaja (jam) / tahun
17% sekolah
10% screen tine
33% gereja
34% orang tua
3% teman
2% belajar
Gunakan screen time juga salah satu cara kita outsource. Kalau melatih anak dr kecil utk terpaku pada gadget. Limit waktu sama elektronik sebisa mungkin. Waktu usia sekolah jadi sulit konsentrasi. Terlalu banyak stimulasi, ribuan apps yang ada di gagdet.
Kalau waktunya di outsource lagi, waktu untuk ketemu anak nya jadi semakin sedikit, sekolah pun juga salah satu bentuk outsourcing. Hati hati dalam melakukan outsourcing. Kalau kita serahkan semua ke sekolah tidak pernah monitor dan check itu yg akan merusak perkembangan anak kita.
Case study
Bilingualism di usia dini
Anak usia 2 tahun ayah ngomong bahasa indonesia dan batak, ibu bicara indonesia dan inggris.
Anak usia 2-6 tahun menangkap paling cepat soal bahasa. Dr segi keunikan apakah perkembangan bahasanya normal, terlambat, atau cepat. Harus sabar dalam mengerti perkembangan anak.
Outsource atau tidak? Banyak yang nawarkan early school program, preschool, atau belajar di rumah.
Apa tujuannya? Apa sekedar kompetitif di dunia luar sana? Bahasa jalan tapi otak ga jalan percuma. Bahasa itu cuman sekedar akses. Nalar jalan lebih penting. Ada caranya ajarin sendiri, bapak ngajarin konsisten dalam bahasa inggris, ibu ngajarin konsisten dalam bahasa indonesia.
Kalau bicara satu sama lain apapun, tapi jangan liat ke anak. Nanti anak akan mengerti bagaimana membedakan, lebih jelas asosiasinya karena subjek yang bicara. Kalau ngomong sama orang lain jangan lihat anaknya, karena dia tau ini bukan buat dia.
Kenapa kita mau anak kita belajar bahasa?
Perkembangan bilingualism itu bagus buat perkembangan otak. Orang yg kena demensia itu biasa umur 70 an, tapi kalau pake dua bahasa demensianya bisa kena di umur 75. Karena cognitive nya bisa lebih jalan. Bahasa apapun, bahasa jawa sekalipun. Jangan belajar bahasa buat keren kerenan.
Language is the carrier of one's culture. Saat bicara bahasa inggris orientasi budaya larinya ke western. Di balik setiap kata ada arti budayanya. Contoh kalau belajar bahasa jepang pengennya ke jepang, ntnnya jepang, suka makanan jepang. Bilingual harus imbang. Kita banyak ntn korea liat bahasa korea jadi pengen ke korea.
Q&A
1. Membaca minat dan personality anak mell sidik jari?
Dalam dunia psikologi, seringkali baca tangan tidak ada dasar. Hal yg sama berlaku juga utk horoskop
Akurasi tulisan tangan lebih akurat drpd finger print. Yang lebih bagus lagi pertanyaan, asal jawabannya jangan bohong. Makanya ada lie detector.
2. Berapa usia optimal utk menyekolahkan anak?
Kalau anak usia 3 tahun, belajarnya harus lebih banyak bermain. Eksplorasi, dll. Self regulation, mengontrol diri sendiri, belajar alfabet, belajar angka.
Tidak satu pun anak tidak happy pada saat sekolah selesai. Seolah olah anak mau bilang i dont belong here.
Orang tua juga perlu kritis dalam memakai jasa yang benar, harus sesuai perkembangan anak. Kita harus percaya bahwa anak kita cerdas. Jangan jadi parent yg insecure. Insecurity kitalah yang membuat kecerdasannya tidak bisa berkembang sebagaimana mestinya.
Kalau punya banyak uang, ga jadi soal mau sekolahkan anak. Banyak juga orang tua yang pas pasan, berpikir mau memberikan yg terbaik jadinya harus pilih sekolah yang membayar dollar.
3. Bolehkah punya goal thdp anak kalau pengen fasih bahasa mandarin?
Tidak masalah kalau anak mau di expose berbagai macam bahasa, yang penting ada konsistensi dalam speakernya. Meskipun anak belum bisa bicara tapi daya serapnya tinggi. Hati hati, kenapa kita ingin mereka belajar bahasa. Jangan sampe budaya nya diserap sama anak tersebut. Banyak orang muda yang ingin jadi american, chinese, korean. Ada krisis identitas ketika masuk usia remaja.
4. Tuntutan masuk sekolah luar biasa tinggi, bagaimana jika tidak sekolah dulu kalau mau masuk sd?
Anak itu smart, jangan jadi orang tua yang insecure. Tugas mengajarkan akademik adalah tugas sekolah, makanya kita minta bantuan.
Kita justru harus mengajarkan moral, principles of life kepada anak kita.
Kalau tidak sekolah dini ngapain di sekolah? Anak harus diajarkan membaca, ngerti alfabet. Membaca itu suatu bentuk pengajaran yg bagus supaya anak bisa konsentrasi.
5. Bagaimana kebijakannya kalau ada bidang pendidikan yg ditekuni tapi anak jenuh. Mis anak disuru les piano tapi perkembangan tidak sejauh yg diharapkan.
Anak kalau menemui challenge dan ga bisa kalahkan tantangan akan merasa jenuh dan menyerah. Biasanya kita akan enjoy melakukan sesuatu yg good at.
Kalau kita pintar berdansa kita akan suka clubbing ke dance floor. Kalau pintar berenang jadinya suka berenang. Kita menghindari hal hal yg tidak good at. Saat anak berkembang ketika dia frustasi atau jenuh perlu dilihat kenapa dia jenuh. Harus dilihat supaya mereka bisa overcome.
Anak di usia dini lebih senang belajar kalau orang tuanya yang ngajarin, tapi jadilah kreatif dalam mengajar. Sehingga anak akan suka untuk belajar.
No comments:
Post a Comment